Daftar Blog Saya


TIMUNG TÉ’É DIGODA KODÉ LAMA

0

Kecantikan Timung Té’é tersohor di wilayah kediamannya, bahkan tersebar pula ke wilayah lain. Suainya Lanurpun dikenal sebagai seorang pria yang gagah, dan ganteng. Godaan ular sawah terhadap Timung Té’é telah berlalu beberapa tahun. Selama itu keluarga mereka hidup aman. Lanur dan Timung Té’é mengerjakan seluruh pekerjaan untuk kesejahteraan, kebahagiaan, serta meningkatkan taraf hidup keluarga. Tetapi mereka tidak menduga bahwa godaan terhadapa Timung Té’é tetap mengintainya. Kali ini Timung Té’é mendapat godaan dari Kode Lama. Awal kejadian godaan di mata air seperti dahulu ia mendapat godaan ular sawah.

Kode lama adalah pemimpin kera-kera yang hidup di mata air, yang digunakan pendududk kampung serta Lanur dan Timung Té’é. Apa saja yng di tugaskan kode lama kepada rakyatnya tak ada yang membantah, walaupun tugas tersenut taruhan nyawa. Setiap pagi Timung Té’é ke mata air untuk menimba air dan mandi. Timung Té’é tidak menduga kalau kode lama yang berayun-ayun pada cabag pohon besar dekat mata air itu hendak menggodanya.. sambil berayun-ayun kode lama memeperhatikan terus kecantikan dan kemolekan tubuh Timung Té’é pada saat sedang mandi. Karena terus-menerus kode lama menontoin Timung Té’é yang sedang mandi, timbul niat dan nalurinya utuk mengambil Timung Té’é sebagai isterinya. Suatu hari tanpa ragu-ragu kode lama turun dari pohon, duduk di atas sebuah batu besar dan menonton kemolekan tubuh Timung Té’é yang sedang mandi. Ulah kode lama itu tidak diketahui oleh Timung Té’é. Selesai mandi Timung Té’é hendak memakai pakaiannya. Betapa terkejutnya Timung Té’é melihat kode lama duduk diatas batu menonton dia yang sedang mandi. Setelah berpakaian Timung Té’é menanyakan apa maksud kode lama dating kesitu dan menonton selagi ia mandi. Kode lama tanpa ragu-ragu menjawab, bahwa ia sangat mencintai Timung Té’é, dan ia ingin menikahinya. Timung Té’é menolak niat kode lama, dan dengan sopan berkata “akau telah bersuami, cari wanita lain”. Kode lama penasaran, kemudian berkata “jika engkau menolak cintaku, akan ku cabik tubuhmu, daging dan tulangmu ku bakar hingga menjadi abu”. “Timung Té’é menjadi takut, tetapi ia masih mencoba menenangkan emosi kode lama, lalu berkata “bagaimaan dengan suamiku Lanur?” kode lama diam sejenak. Lalu katanya “aku berusaha agar suamimu cepat mati”. Timung Té’é semakin takut mendengar jawaban kode lama itu. Timung Té’é berpikir mencari akal untuk memperdaya kode lama, lau katanya “baiklah, kita menikah setalh suamiku meninggal, izinkan aku pulang”. Kode lama gembira sekali mendengar jawaban Timung Té’é, lalu ia menfizinkan Timung Té’é pulang. Dalam perjalan pulang Timung Té’é menemukan alat untuk memeperdaya kode lama itu. Sampai di rumah Timung Té’é tetap merahasiakan kejadian itu. Hari-hari selanjutnya kode lama semakin berani menggoda Timung Té’é saaat ia menimba air atau mandi. Kode lama duduk disamp[ing Timung Té’é selagi ia mandi, tak ada yang menghalang. Bahkan ulah kode lama itu meningkat kepada hal-hal yang melanggar kehormatan dan harga diri Timung Té’é sebagai ibu rumah tangga. Tetapi Timung Té’é selau mengelak dan menepis dengan sopan dan halus, dan berkata “sabar, bersabarlah, kelak aku akan menjadi milikmu, setelah suamiku meninggal”. Kode lama bertambah girang, ia kembali ke pohon sambil bersenandung.
Hari itu ia diliputi perasaan senang dan gembira, ia berada pada kondisi dunia berangan-angan dan melamun keagungan dan kebahagiaan pada saat keduanya bersanding di pelaminan. Pikiran kode lama itu menerawang kealam malam pertama, sehingga hari itu ia menganggap dunia ini hanya ia dan Timung Té’é yang memilikkinya.
Perbuatan kode lama itu kode lama itu sangat menyakitkan hati Timung Té’é sebagai seorang wanita dan ibu rumah tangga. Ia berkata dengan geram, “kurang ajar kode lama itu, ia mengira aku ini wanita yang tidak tahu diri, tidak tahu menghormati dan menghargai suami, tidak tahu menjaga kehormatan rumah tanggaku”.
Keesokkannya kode lama menanyai Timung Té’é, “Timung Té’é, apakah Lanur sudah sakit?” Timung Té’é menjawab, “tidak, ia sehat-sehat”. Timung Té’é semakin berpikir keras untuk membunuh kode lama keparat itu. Ia bersabar sampai beberapa hari untuk melaksanakan niatnya itu.
Rencana Timung Té’é mantap, sehingga hari berikutnya pertanyaan kode lama dijawabnya dengan tegas, “ya, Lanur sudah sakit kode lama bertambah girang, sebab tidaka akan lama lagi ia akaan menjadi suami Timung Té’é. Ia berkata lagi “beritakan kepadaku secepatnya apabila Lanur mati. Aku dan seluruh rakyatku akan pergi melayat”. Lagi-lagi Timung Té’é penasaran, karena itu tekadnya bulat untuk melaporkan ulah dan perbuatan kode lama itu kepada Lanur serta akal untuk membunuh kode lama beserta seluruh rakyatnya.
Tiba di rumah Timung Té’é menceritakan ulah dan maksud kode lama menikahi dia. Lanur sangat marah, tetapi Timung Té’é dapat menenangkannya. Timung Té’é berkata “ bapak tak perlu marah, mari kita menncari dayauntuk membunuh kode lama dan seluruh rakyatnya. Aku mengusulkan kalalu bapak pura-pura mati dan dibaringkan serta dibungkus kain kafan. Di sisi bapak, diletakkan parnag dan kayu kudang. Aku akan pergi memeberitakan kematian itu kepada kode lama . Kalau kode lama dan rakyatnya telah berada dalam rumah kita, dan baapk mendengarkan akau menangis sambil mengucaopkan lubang-lubang lanatai, dinding, dan pintu telah diikat kuat-kuat, bapak bangun serentak dan membunuh kode lama itu beserta rakyatnya”. Lanur diam sejenak, lalu katanya, “usulmu bagus dan akal itu yang kita gunakan”.
Hai berikutnya pagi-pagi Timung Té’é pergi menimba air. belum sempat menimba air, kode lama bertanya, “Timung Té’é, apakah Lanur sakit?” tanpa basa-bsi Timung Té’é menjawab “ya, sudah sangat parah, karena itu hatiku sangat sedih”. Kode lama itu tertawa terbahak-bahak, lalu katanya “mengapa kau bersedih hati, aku akan menggantikan Lanur, lebih baik ia mati secepatnya. Timung Té’é pulang ke rumah, ia memberitahu Lanur agar rencana itu dilaksanakan keesokannya. Lanur setuju, lalu mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan. Pagi-pagi keesokannya Timung Té’é pergi menimba air. kode lama bergegas turun dari pohon, karena Timung Té’é datang. Ia menyongsong Timung Té’é beberpa meter dari mata air.
Tanpa basa-basi kode lama bertanya, “Timung Té’é, apakah Lanur sudah mati?” Timung Té’é menjawab “ya!” kode lama tertawa riang mendengar berita itu, lalu bertanya lagi “bilaman ia mati?” “tadi”, jawab Timung Té’é. Kemudian kode lama berkata ,“aku dan seluruh rakyatku akan pergi ke rumahmu untuk melayat jenazah Lanur”. Timung Té’é bergegas menimba air, lalu pulang. Samapi dirumah, Timung Té’é memberitahukan kepada Lanur tentang kedatangan kode lama dan rakyatnya. Lanur dibaruingkan bersama sebilah parang dan kayu kudung. Lalu Timung Té’é menutupnya dengan kain dengan rapi.
Beberapa saat kemudian rombongan kera itu dating, kod elama berjalan paling depan, maklum ia sebagai pemimpin. Ia berjalan sambil membusungkan dada, tersenyum-senyum, membayangkan kebahagiaan sat bersanding dengan Timung Té’é di pelaminan.
Timung Té’é menatapi jenazah Lanur sambil mengucapkan kata-kata yang menyebabkan orang-orang yang mendengarkan merasa pilu. Sampai di depan pintu kera-kera itu melihat jenazah Lanur. Kode lama masuk sambil diikuti kera-kera yang lain. Kode lama mengambil tempat duduk berdampingan dengan Timung Té’é, kera-kera pada sisi yang lain dan seluruh ruangan. Timung Té’é terrus meratapi suaminya. Kode lama menghibur Timung Té’é, “jangan tenggelam dalam kesedihan, mora ka’e Anu, lili laku luang ka’e Anu” (kak Lanur meninggal, jandanya nikah dengan aku). Anu adalah sapaan kode lama untuk Lanur.
Sambil menangis keras-keras Timung Té’é meminta untuk menutup lubang-lubang dinding, lantai serta pintu diikat kuat-kuat. Kode lama mengira permintaan Timung Té’é sebagai suatu acara sebelum pemberangkatan jenazah ke pekuburan. Kerinduan akan menikahi Timung Té’é setelah jenazah Lanur dikuburkan, maka tanp[a pertimbangan matang, kod e lama memerintahkan anak buahnya untuk menutup lubamg-lubang, lantai, dinding serta pintu diikat kuat-kuat. Perintah itu dilaksanakan secepat-cepatnya oleh kera-kera itu. Seekor kera yang sedang hamil mempunyai firasat, bahwa cara-cara Timung Té’é itu suatu akal bulus, karean itu ia tidak masuk ke rumah
Kera betina itu mengingatkan, “hati-hati dan pertimbangkan dengan baik saudara-saudaraku”. Kode lama membentak kera betina itu sambil berkata “dasar cemburu, karena aku tak menikahi dia”. Karena merasa malu, kera betina itu pulang ke hutan.
Timung Té’é menangis sambil mengucapkan, “ lubang-lubang lantai, dinding, sudah ditutup serta pintu telah di ikat. “Lanur bangkit dengan tiba-tiba, membunuh kode lama. Timung Té’é mengambil kayu kudung untuk membantu suaminya memukul kera-kera itu. Tak satupun kera yng luput. Lanur memanggil warga kampung dan membagi kera-kera itu. Selanjutnya Timung Té’é pergi mandi dan menimba air dengan leluasa. Kemudian kera di hutan itu berkembang lagi dari kera betina hamil yang luput dari maut di rumah lanur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar